Keinginan, perasaan dan ketundukan adalah tiga hal yang akan menjadi tolok ukur dari kedewasaan seseorang. Dimana ke tiga hal tersebut, harus bisa dijalankan dengan seimbang. Berhasil mengelola ketiganya dengan baik, akan otomatis menempatkan derajat seseorang pada posisi yang lebih tinggi dibanding yang lainnya. Atau dengan kata lain dia lebih dewasa dalam menyikapi setiap hal yang terjadi dihadapannya.
Bila seseorang hanya terpaku pada keinginannya, sudah dipastikan karakternya akan sangat lepas, tetapi tak terkontrol. Keinginan kadang bisa menjauhkan seseorang dari jalur etika dan estetika. Etika adalah nilai norma yang akan meneguhkan hati pada hal yang positif, sementara estetika adalah kesepakatan yang akhirnya membudaya menjadi warna dari kehidupan sosial di ranah kemanusiaan.
Keinginan hanya akan memandang kepuasan personal, dengan dorongan hayal yang selalu menampakan kemegahan dan janji kenikmatan, kendati hanya besipat sementara. Oleh karena itulah, keinginan penting didampingi oleh parasaan yang akan memberikan peta yang mempedomani keinginan agar tidak terlalu liar dalam memilih dan menentukan arah keinginannya.
Perasaan adalah cermin yang akan mengingatkan seseorang terkait keinginanya. Sehingga dengan cerminan itulah keingingan akan menyeimbangkan arahnya di berbagai kondisi dan kesempatan.
Namun, perasaan tanpa keinginan pun akan berbuah petaka, dimana ketika seseorang terjebak dalam penomena rasa yang terlalu dalam tanpa ada dampingan dari keinginan, maka disaat itu pula dia akan kehilangan dirinya. Bahkan tidak memiliki kedaulatan untuk menentukan arah dirinya sendiri.
Dari sini kita baru belajar bahwa keinginan dan perasaan adalah dua hal yang tidak boleh dipisahkan. Keduanya harus dikelola dengan baik dalam diri manusia, sehingga keduanya bersetatus sebagai potensi yang bisa digunakan manusia untuk mengembangkan dirinya sampai ke titik yang lebih manusiawi ketimbang dominasi karakter hewani.
Kemudian setelah keinginan dan perasaan disatukan menjadi karakter, maka akan membawa seseorang pada ketundukan, yang sesungguhnya merupakan inti dari setiap tindakan yang dilakukan. Ketundukan berarti memilih jalan yang sudah memiliki aturan main. Jika aturan main itu dilanggar maka akan ada konsekwensi yang harus diterima oleh seseorang,
Ketundukan yang dalam bahasa agama sebagai ibadah atau pengabdian kepada kekuatan yang maha Agung, tidak akan berjalan dengan baik ketika dua komponen di atas belum juga dimiliki oleh hati seserang.
Mungkin Anda yang saat ini sedang membaca postingan ini, agak sedikit mengkerutkan keningnya, karena dalam blog ini ternyat ditulis juga tema yang sebernarnya agak jauh dari biasanya, yaitu seputar pekerjan, usaha dan berbagai peluangnya.
Memang begitu adanya, tetapi bila ditelaah ternyata ketiga hal ini tidak bisa dipisahkan dari amaliah yang sangat erat kaitannya denga pekerjaan seseorang. Bahkan, saya lebih meyakini kalau orang yang telah berhasil menjadi pengusaha sukses, bila diperhatikan secara mendalam, ternyata mereka telah berhasil mengelola keinginan, perasaan dan ketundukan mereka pada pakta dan kenyataan.
Jadi boleh dibilang postingan ini merupakan tips sukses gaya baru, yaitu cara meraih sukses dengan mengelola keingingan, perasaan yang dibiasakan untuk terus peka dan ketundukan yang memiliki dasar konsep yang jelas.
Keinginan adalah pemicu, perasaan adalah pengendali, sementara ketundukan adalah arah yang lurus untuk dilalui demi mencapai titik tujuan dengan pasti.
Jadi tidak ada lagi cara yang dipakai oleh para pengusaha selain mengelola ketiga hal tersebut dengan penuh kesungguha dan kedisiplinan yang sangat nyata.
Bila seseorang hanya terpaku pada keinginannya, sudah dipastikan karakternya akan sangat lepas, tetapi tak terkontrol. Keinginan kadang bisa menjauhkan seseorang dari jalur etika dan estetika. Etika adalah nilai norma yang akan meneguhkan hati pada hal yang positif, sementara estetika adalah kesepakatan yang akhirnya membudaya menjadi warna dari kehidupan sosial di ranah kemanusiaan.
Keinginan hanya akan memandang kepuasan personal, dengan dorongan hayal yang selalu menampakan kemegahan dan janji kenikmatan, kendati hanya besipat sementara. Oleh karena itulah, keinginan penting didampingi oleh parasaan yang akan memberikan peta yang mempedomani keinginan agar tidak terlalu liar dalam memilih dan menentukan arah keinginannya.
Perasaan adalah cermin yang akan mengingatkan seseorang terkait keinginanya. Sehingga dengan cerminan itulah keingingan akan menyeimbangkan arahnya di berbagai kondisi dan kesempatan.
Namun, perasaan tanpa keinginan pun akan berbuah petaka, dimana ketika seseorang terjebak dalam penomena rasa yang terlalu dalam tanpa ada dampingan dari keinginan, maka disaat itu pula dia akan kehilangan dirinya. Bahkan tidak memiliki kedaulatan untuk menentukan arah dirinya sendiri.
Dari sini kita baru belajar bahwa keinginan dan perasaan adalah dua hal yang tidak boleh dipisahkan. Keduanya harus dikelola dengan baik dalam diri manusia, sehingga keduanya bersetatus sebagai potensi yang bisa digunakan manusia untuk mengembangkan dirinya sampai ke titik yang lebih manusiawi ketimbang dominasi karakter hewani.
Kemudian setelah keinginan dan perasaan disatukan menjadi karakter, maka akan membawa seseorang pada ketundukan, yang sesungguhnya merupakan inti dari setiap tindakan yang dilakukan. Ketundukan berarti memilih jalan yang sudah memiliki aturan main. Jika aturan main itu dilanggar maka akan ada konsekwensi yang harus diterima oleh seseorang,
Ketundukan yang dalam bahasa agama sebagai ibadah atau pengabdian kepada kekuatan yang maha Agung, tidak akan berjalan dengan baik ketika dua komponen di atas belum juga dimiliki oleh hati seserang.
Mungkin Anda yang saat ini sedang membaca postingan ini, agak sedikit mengkerutkan keningnya, karena dalam blog ini ternyat ditulis juga tema yang sebernarnya agak jauh dari biasanya, yaitu seputar pekerjan, usaha dan berbagai peluangnya.
Memang begitu adanya, tetapi bila ditelaah ternyata ketiga hal ini tidak bisa dipisahkan dari amaliah yang sangat erat kaitannya denga pekerjaan seseorang. Bahkan, saya lebih meyakini kalau orang yang telah berhasil menjadi pengusaha sukses, bila diperhatikan secara mendalam, ternyata mereka telah berhasil mengelola keinginan, perasaan dan ketundukan mereka pada pakta dan kenyataan.
Jadi boleh dibilang postingan ini merupakan tips sukses gaya baru, yaitu cara meraih sukses dengan mengelola keingingan, perasaan yang dibiasakan untuk terus peka dan ketundukan yang memiliki dasar konsep yang jelas.
Keinginan adalah pemicu, perasaan adalah pengendali, sementara ketundukan adalah arah yang lurus untuk dilalui demi mencapai titik tujuan dengan pasti.
Jadi tidak ada lagi cara yang dipakai oleh para pengusaha selain mengelola ketiga hal tersebut dengan penuh kesungguha dan kedisiplinan yang sangat nyata.
Posting Komentar untuk "Keinginan, Perasaan dan ketundukan"
Jangan sungkan untuk berkomentar, karena komentar Anda sangat berharga untuk semua orang. Orang terhebat itu yang mau berbagi gagasan dengan orang semua orang.