Tani Irit Lahan Sebuah Inovasi Untuk Petani - Faktor pertumbuhan penduduk, tingginya kebutuhan untuk pemukinman serta kebijakan pemerintah yang ingin mulai konsentrasi dalam mengelola hutan telah mengakibatkan penyempitan lahan untuk bercocok tanam bagi para petani hampir di semua wilayah di Indonesia.
Bandung selatan misalnya yang saat ini sedang disoroti karena masalah penggundulan hutan di sekitar Gunung Wayang Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung oleh para petani untuk bercocok tanaman sayuran. Kini tengah dihadapkan dengan berbagai persoalan menyangkut, kebutuhan hidup, keselamatan masyarakat di hilir dan kebutuhan air bersih untuk rumah tangga serta berbagai persoalan lainnya.
Mengelola dan mendisiplinkan para petani yang menggarap lahan perhutani memang menjadi bagian kewajiban dari pemereintah, baik lokal, daerah hingga pemerintahan pusat. Namun bagaimanapun bentuk kebijakan, siapapun yang melaksanakan kebijakan itu dan apapun tujuannya pasti akan berhadapan dengan dampak yang melahirkan permasalahan baru.
Khususnya kaum tani yang menjadi target dari kebijakan yang diamil, menjadi penerima dampak yang paling besar, karena harus kehilangan mata pencaharian. Tapi, siapapun tak akan rela bila aset atau lahan untuk menuai pendapatannya diambil kendati itu bukan milik pribadi.
Setiap kebijakan yang diambil pasti sudah memperhitungkan resiko dan dampak yang akan ditimbulkan, hanya yang menjadi persoalan bagaimana memahamkan kelompok yang menjadi target kebijakan, karena yang mereka inginkan adalah solusi bagi permasalahan mereka itu apa, seperti apa dan sejauh mana?. Sehingga para petani ini benar-benar memahami; apa yang harus dilakukan guna memenuhi masalah kebutuhan untuk bekal hidup diri dan keluarganya.
Terlepas dari masalah itu, kayaknya tidak semua petani menjadi ciut semangat. Para petani terlihat banyak yang membuka diri untuk melakukan hal-hal sebagai sikap untuk menghadapi persoalan yang sedang mendera para petani.
.
Namun gagasan ini muncul, untuk mencari resolusi dari permasalahan yang dihadapi, dengan harapan inisiatip untuk berinopasi ini menjadi dasar bagi pemangku kebijakan agar menyediakan sarana tidak hanya lahan tetapi diiringi dengan semua daya dukung yang sesuai bagi para petani untuk tidak kehilangan mata pencaharian mereka.
Banyak hal yang bisa dijadikan dasar untuk membuat konsep tani irit lahan ini bisa dijalankan oleh para petani. Dari mulai sumberdaya manusia, penentuan lokasi tani hingga pemasaran hasil taninya. Inilah setidaknya yang harus mulai diperhatikan dengan serius.
Sumberdaya manusia para petani sangat membutuhkan edukasi, sehingga ranah ini menjadi tolak ukur untuk keberhasilan para petani mengembangkan inisiatif dan inopasi dalam kegiatan bertaninya. Bertani itu identitas yang tidak bisa begitu saja dipaksa untuk dilepaskan dari masyarakat perdesaan.
Lokasi untuk lahan pertanian juga tidak kalah seriusnya untuk diperhatikan, jika memang para petani diturunkan dari lahan perhutani demi mengamankan penghijauan hutan, maka harus ada penggantinya. Sehingga para petani tidak kehilangan pekerjaannya yang sangat bergantung pada lahan yang tersedia untuk pekerjaan mereka. Dan inipun sangat bergantung pada keseriusan diwilayah edukasi yang diberikan.
Hasil tani yang biasanya dijual tanpa melakukan pemasaran oleh petani, karena selama ini petani tinggal menunggu tengkulak datang ke rumah bila tanamannya sudah akan dipanen, maka dalam konsep tani irit lahan, ini perlu pengelolaan serius dan arahan yang jelas mengenai pasar. Nah, bentuk pemasaran ini akan menjadi bagian penting yang dipersoalkan oleh para petani.
Tulisan ini hanya bagian paling sederhana dari kompleksitas persoalan yang diahdapi kaum petani dibandung selatan saat ini. Semoga bisa menginspirasi Anda sebagai pembaca, untuk memberikan sumbangsih sebagai pemecahan masalah yang akan meringankan beban masalah yang dihadapi oleh para petani. Terimakasih.
Lab Kajian Tani Irit Lahan | IGW |
Bandung selatan misalnya yang saat ini sedang disoroti karena masalah penggundulan hutan di sekitar Gunung Wayang Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung oleh para petani untuk bercocok tanaman sayuran. Kini tengah dihadapkan dengan berbagai persoalan menyangkut, kebutuhan hidup, keselamatan masyarakat di hilir dan kebutuhan air bersih untuk rumah tangga serta berbagai persoalan lainnya.
Mengelola dan mendisiplinkan para petani yang menggarap lahan perhutani memang menjadi bagian kewajiban dari pemereintah, baik lokal, daerah hingga pemerintahan pusat. Namun bagaimanapun bentuk kebijakan, siapapun yang melaksanakan kebijakan itu dan apapun tujuannya pasti akan berhadapan dengan dampak yang melahirkan permasalahan baru.
Khususnya kaum tani yang menjadi target dari kebijakan yang diamil, menjadi penerima dampak yang paling besar, karena harus kehilangan mata pencaharian. Tapi, siapapun tak akan rela bila aset atau lahan untuk menuai pendapatannya diambil kendati itu bukan milik pribadi.
Setiap kebijakan yang diambil pasti sudah memperhitungkan resiko dan dampak yang akan ditimbulkan, hanya yang menjadi persoalan bagaimana memahamkan kelompok yang menjadi target kebijakan, karena yang mereka inginkan adalah solusi bagi permasalahan mereka itu apa, seperti apa dan sejauh mana?. Sehingga para petani ini benar-benar memahami; apa yang harus dilakukan guna memenuhi masalah kebutuhan untuk bekal hidup diri dan keluarganya.
Terlepas dari masalah itu, kayaknya tidak semua petani menjadi ciut semangat. Para petani terlihat banyak yang membuka diri untuk melakukan hal-hal sebagai sikap untuk menghadapi persoalan yang sedang mendera para petani.
.
Tani Irit Lahan Sebuah Inovasi Untuk Petani
Pertanian irit lahan bukanlah bagian dari jawaban untuk menjawab persoalan kebutuhan dari petani. Yang namanya irit berarti memiliki banyak keterbatasan, dengan keterbatasan tidak akan mungkin memberikan penghasilan yang sama dengan pertanian yang dilakukan dilahan yang normal.Namun gagasan ini muncul, untuk mencari resolusi dari permasalahan yang dihadapi, dengan harapan inisiatip untuk berinopasi ini menjadi dasar bagi pemangku kebijakan agar menyediakan sarana tidak hanya lahan tetapi diiringi dengan semua daya dukung yang sesuai bagi para petani untuk tidak kehilangan mata pencaharian mereka.
Banyak hal yang bisa dijadikan dasar untuk membuat konsep tani irit lahan ini bisa dijalankan oleh para petani. Dari mulai sumberdaya manusia, penentuan lokasi tani hingga pemasaran hasil taninya. Inilah setidaknya yang harus mulai diperhatikan dengan serius.
Sumberdaya manusia para petani sangat membutuhkan edukasi, sehingga ranah ini menjadi tolak ukur untuk keberhasilan para petani mengembangkan inisiatif dan inopasi dalam kegiatan bertaninya. Bertani itu identitas yang tidak bisa begitu saja dipaksa untuk dilepaskan dari masyarakat perdesaan.
Lokasi untuk lahan pertanian juga tidak kalah seriusnya untuk diperhatikan, jika memang para petani diturunkan dari lahan perhutani demi mengamankan penghijauan hutan, maka harus ada penggantinya. Sehingga para petani tidak kehilangan pekerjaannya yang sangat bergantung pada lahan yang tersedia untuk pekerjaan mereka. Dan inipun sangat bergantung pada keseriusan diwilayah edukasi yang diberikan.
Hasil tani yang biasanya dijual tanpa melakukan pemasaran oleh petani, karena selama ini petani tinggal menunggu tengkulak datang ke rumah bila tanamannya sudah akan dipanen, maka dalam konsep tani irit lahan, ini perlu pengelolaan serius dan arahan yang jelas mengenai pasar. Nah, bentuk pemasaran ini akan menjadi bagian penting yang dipersoalkan oleh para petani.
Tulisan ini hanya bagian paling sederhana dari kompleksitas persoalan yang diahdapi kaum petani dibandung selatan saat ini. Semoga bisa menginspirasi Anda sebagai pembaca, untuk memberikan sumbangsih sebagai pemecahan masalah yang akan meringankan beban masalah yang dihadapi oleh para petani. Terimakasih.
Posting Komentar untuk "Tani Irit Lahan Sebuah Inovasi Untuk Petani"
Jangan sungkan untuk berkomentar, karena komentar Anda sangat berharga untuk semua orang. Orang terhebat itu yang mau berbagi gagasan dengan orang semua orang.